"Capek gue ngasih tau, dia gak berubah! Gak niat growing!" gerutu temanku. Ia gerah sama magernya anak buah. "Emang sudah diomongi apa saja bro?" Tanyaku penasaran. Lalu ia cerita. Entah berapa 1:1 meeting digelar. Entah berapa sesi coaching mentoring sudah kelar. Ratusan nasehat telah disebar. Progresnya hambar. Kujanji lanjut ngobrol setelah Ashar. Kubawa sepot kecil tanah kerontang. Berisi bibit bawang. Di hadapannya kuberseru :" Hai bibit bawang, tumbuh besarlah. Ayo, kamu bisa!" Kuulangi berkali2 kata2 motivasi dengan nada rendah tinggi, sembari kutunjuk2 si bawang. Ia terkekeh berulang kali. "Mana mungkin si bawang growing dengan talking!" tukasnya. "Berilah air dan pupuk. Singkirkan gulma" lanjutnya. Kusenyumi dia. Tersentak dia henti berujar. Tersadar kuserius tak berkelakar. "Seperti juga anak buahku. Takkan growing hanya dengan rangkai kata2 beratus ribu. Perlu opportunity dan tindakan bimbingan nyata. Juga beri lingkungan yang mendukungnya. Termasuk sumberdaya, semacam pupuk dan air. Tersingkirnya gulma bak sirnanya toxic environment. Remove the barriers". Ia memahami metaphora sederhana. Aha! Ia berterima kasih pada sepot tanah kerontang berisi bibit bawang. Pengubah mindset dan cara pandang. Kamu, cukup ketendang?
Tempat sharing hal-hal di dalam dunia kerja yang sering karyawan alami dan rasakan dari sekitarnya
WORDS DON'T GROW YOU
"Capek gue ngasih tau, dia gak berubah! Gak niat growing!" gerutu temanku. Ia gerah sama magernya anak buah. "Emang sudah diomongi apa saja bro?" Tanyaku penasaran. Lalu ia cerita. Entah berapa 1:1 meeting digelar. Entah berapa sesi coaching mentoring sudah kelar. Ratusan nasehat telah disebar. Progresnya hambar. Kujanji lanjut ngobrol setelah Ashar. Kubawa sepot kecil tanah kerontang. Berisi bibit bawang. Di hadapannya kuberseru :" Hai bibit bawang, tumbuh besarlah. Ayo, kamu bisa!" Kuulangi berkali2 kata2 motivasi dengan nada rendah tinggi, sembari kutunjuk2 si bawang. Ia terkekeh berulang kali. "Mana mungkin si bawang growing dengan talking!" tukasnya. "Berilah air dan pupuk. Singkirkan gulma" lanjutnya. Kusenyumi dia. Tersentak dia henti berujar. Tersadar kuserius tak berkelakar. "Seperti juga anak buahku. Takkan growing hanya dengan rangkai kata2 beratus ribu. Perlu opportunity dan tindakan bimbingan nyata. Juga beri lingkungan yang mendukungnya. Termasuk sumberdaya, semacam pupuk dan air. Tersingkirnya gulma bak sirnanya toxic environment. Remove the barriers". Ia memahami metaphora sederhana. Aha! Ia berterima kasih pada sepot tanah kerontang berisi bibit bawang. Pengubah mindset dan cara pandang. Kamu, cukup ketendang?